Hai... Ketemu lagi di blog saya. Sekarang saya akan membahas tentang "Sejarah Situ Buleud". Kita mulai sekarang aja atau mau tahun depan?? Hehehe, bercanda kok, ya udah deh daripada kalian semua penasaran mending kita mulai sekarang , and tetap Stay On disini ya!!!
>>>Cekidot...Cekidot<<<
>>>Cekidot...Cekidot<<<
Sejarah Situ Buleud
Disebut Situ Buleud karena danau yang cukup luas itu berbentuk bulat (Sunda, buleud).
Asal-usul Situ Buleud berkaitan erat dengan peristiwa perpindahan
ibu kota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih, tepatnya
sejalan dengan pembangunan infrastruktur kota Purwakarta pada tahap awal. Hal itu berarti Situ Buleud dibuat atas gagasan Bupati R.A. Suriawinata (Dalem Solawat). Pembuatannya berlangsung antara tahun 1830 – pertengahan tahun 1831.
Situ Buleud dibuat dengan beberapa tujuan. Secara garis besar Situ Buleud dibuat dengan dua tujuan dan kegunaan. Pertama, sebagai sumber air bagi kepentingan pemerintah dan masyarakat kota Purwakarta. Air dari situ antara lain digunakan untuk keperluan ibadat dan kegiatan lain di Masjid Agung. Kedua, sebagai fasilitas kota,
yaitu sebagai tempat rekreasi. Untuk kepentingan tujuan/kegunaan kedua,
ditengah situ didirikan bangunan tradisional sejenis bangunan gazebo (bangunan tanpa dinding) sebagai tempat istirahat (pasanggrahan).
Pembangunan Situ Buleud dengan tujuan/kegunaan kedua, boleh jadi berkaitan erat
dengan salah satu hak istimewa bupati, yaitu hak menangkap ikan di
sungai atau danau. Hak istimewa itu merupakan bagian dari gaya
hidup bupati waktu itu. Dalam kenyataannya, yang menangkap ikan bukan
bupati tetapi sejumlah rakyat. Dalam acara itu, bupati tinggal di pasanggrahan yang berada di tengah situ menyaksikan sejumlah rakyat menangkap ikan. Acara itu biasanya dimeriahkan oleh iringan gamelan.
Hampir
bersamaan dengan kegiatan merenovasi pendopo tahun 1854, Situ Buleud
pun diperbaiki dan diperluas (Hardjasaputra, ed., 2004 : 59). Hal itu
menunjukkan, bahwa Situ Buleud memiliki arti penting bagi kehidupan di kota
Purwakarta. Salah satu arti pentingnya adalah sebagai penawar udara
panas. Kota Purwakarta termasuk tempat bersuhu udara panas. Keberadaan
volume air dalam jumlah banyak pada areal cukup luas, menyebabkan suhu
udara di pusat kota menjadi tidak terlalu panas, dalam arti cukup menyenangkan. Oleh
karena itu, area Situ Buleud sangat memadai sebagai tempat rekreasi.
Rupanya kondisi itu telah mengilhami seniman pencipta lagu Sunda
berjudul “Situ Buleud”.
Sekarang bangunan pasanggrahan di tengah situ sudah lenyap. Demikian pula acara menangkap ikan seperti disebutkan, tiada lagi. Sejak kapan pasanggrahan dan acara itu lenyap, belum diketahui secara pasti. Namun demikian, sampai sekarang Situ Buleud tetap merupakan ciri khas (landmark)
kota Purwakarta. Situ Buleud sudah dikenal luas oleh masyarakat di luar
Purwakarta, baik karena mereka pernah datang ke tempat itu maupun
mendengar cerita orang, atau mendengarnya melalui lantunan lagu “Situ
Buleud”.
Dari uraian singkat tersebut, Situ Buleud memiliki nilai sejarah bagi
pemerintah dan masyarakat Purwakarta. Tempat bersejarah itu merupakan
bagian dari jati diri masyarakat asli Purwakarta. Sampai sekarang, Situ
Buleud memiliki usia yang sama dengan pendopo. Atas dasar itu, Situ
Buleud pun termasuk BCB.