Pages

Featured Posts Coolbthemes

Kamis, 12 Februari 2015

Sejarah Situ Buleud

Hai... Ketemu lagi di blog saya. Sekarang saya akan membahas tentang "Sejarah Situ Buleud". Kita mulai sekarang aja atau mau tahun depan?? Hehehe, bercanda kok, ya udah deh daripada kalian semua penasaran mending kita mulai sekarang , and tetap Stay On disini ya!!!

>>>Cekidot...Cekidot<<<

Sejarah Situ Buleud 
 
 

 Disebut Situ Buleud karena danau yang cukup luas itu berbentuk bulat (Sunda, buleud). Asal-usul Situ Buleud berkaitan erat dengan peristiwa perpindahan ibu kota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih, tepatnya sejalan dengan pembangunan infrastruktur kota Purwakarta pada tahap awal. Hal itu berarti Situ Buleud dibuat atas gagasan Bupati R.A. Suriawinata (Dalem Solawat). Pembuatannya berlangsung antara tahun 1830 – pertengahan tahun 1831.
Situ Buleud dibuat dengan beberapa tujuan. Secara garis besar Situ Buleud dibuat dengan dua tujuan dan kegunaan. Pertama, sebagai sumber air bagi kepentingan pemerintah dan masyarakat kota Purwakarta. Air dari situ antara lain digunakan untuk keperluan ibadat dan kegiatan lain di Masjid Agung. Kedua, sebagai fasilitas kota, yaitu sebagai tempat rekreasi. Untuk kepentingan tujuan/kegunaan kedua, ditengah situ didirikan bangunan tradisional sejenis bangunan gazebo (bangunan tanpa dinding) sebagai tempat istirahat (pasanggrahan).
Pembangunan Situ Buleud dengan tujuan/kegunaan kedua, boleh jadi berkaitan erat dengan salah satu hak istimewa bupati, yaitu hak menangkap ikan di sungai atau danau. Hak istimewa itu merupakan bagian dari gaya hidup bupati waktu itu. Dalam kenyataannya, yang menangkap ikan bukan bupati tetapi sejumlah rakyat. Dalam acara itu, bupati tinggal di pasanggrahan yang berada di tengah situ menyaksikan sejumlah rakyat menangkap ikan. Acara itu biasanya dimeriahkan oleh iringan gamelan.
Hampir bersamaan dengan kegiatan merenovasi pendopo tahun 1854, Situ Buleud pun diperbaiki dan diperluas (Hardjasaputra, ed., 2004 : 59). Hal itu menunjukkan, bahwa Situ Buleud memiliki arti penting bagi kehidupan di kota Purwakarta. Salah satu arti pentingnya adalah sebagai penawar udara panas. Kota Purwakarta termasuk tempat bersuhu udara panas. Keberadaan volume air dalam jumlah banyak pada areal cukup luas, menyebabkan suhu udara di pusat kota menjadi tidak terlalu panas, dalam arti cukup menyenangkan. Oleh karena itu, area Situ Buleud sangat memadai sebagai tempat rekreasi. Rupanya kondisi itu telah mengilhami seniman pencipta lagu Sunda berjudul “Situ Buleud”.
Sekarang bangunan pasanggrahan di tengah situ sudah lenyap. Demikian pula acara menangkap ikan seperti disebutkan, tiada lagi. Sejak kapan pasanggrahan dan acara itu lenyap, belum diketahui secara pasti. Namun demikian, sampai sekarang Situ Buleud tetap merupakan ciri khas (landmark) kota Purwakarta. Situ Buleud sudah dikenal luas oleh masyarakat di luar Purwakarta, baik karena mereka pernah datang ke tempat itu maupun mendengar cerita orang, atau mendengarnya melalui lantunan lagu “Situ Buleud”.
            Dari uraian singkat tersebut, Situ Buleud memiliki nilai sejarah bagi pemerintah dan masyarakat Purwakarta. Tempat bersejarah itu merupakan bagian dari jati diri masyarakat asli Purwakarta. Sampai sekarang, Situ Buleud memiliki usia yang sama dengan pendopo. Atas dasar itu, Situ Buleud pun termasuk BCB.

Selasa, 03 Februari 2015

Makanan khas Purwakarta

Hai... apa kabar kalian semuanya??? Makasih banyaknya yang udah ngunjungin blog aku dan follow blog aku. Semoga blog aku bisa bermanfaat bagi kalian semua.... Hmmm ... Selanjutnya aku akan membahas tentang "Makanan Khas Purwakarta", pasti pada penasaran kan apa saja Makanan Khas dari Purwakarta, dari pada penasaran , mending kita mulai aja, and pastinya tetap Stay On disini ya!!

>>>Cekidot... Cekidot<<<


Makanan Khas Purwakarta



 

 1. Sate Maranggi 
Yang membedakan dengan sate lainnya adalah bumbu kecapnya yang diolah hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Disamping sate maranggi, rumah-rumah makan khas Sunda yang menyajikan ikan bakar, pepes, ayam goreng lengkap dengan sambal dadakan juga banyak terdapat di Purwakarta.



2. Simping Kaum 
Yaitu makanan khas dari daerah Purwakarta, Jawa Barat. Bentuknya berupa lembaran pipih, bundar tipis, biasanya berwarna putih, dan rasanya gurih. Makanan ini dibuat dari tepung beras yang diberi beberapa bumbu. Simping mirip dengan lembaran yang dipakai untuk menjepit gulali (rambut-rambutan). Simping terdiri dari beberapa rasa antara lain: keju, kencur, jahe , strawberry, coklat, nangka, pandan, dll.




3. Peuyeum bendul  
Ada istilah kalu di bendul Sukatani banyak binatang berkeliaran tidak di ikat contohnya singa, kuda, gajah, dll. Tapi tape/peuyeum di sepanjang jalan itu semuanya diikat atau digantung, itulah uniknya peuyeum bendul Purwakarta. Dan uniknya lagi peuyeum bendul kalau dilihat dari kejauhan kelihatan tegar, padahal kalau dipegang hipu apalagi kalau dimakan pasti akan ketagihan dengan namanya peuyeum bendul. Selain peyeum bendul, sentra peuyeum di Sukatani bendul, juga menyediakan aneka makanan ringan buat oleh-oleh ringan, mulai dari manisan, hui cilembu, kerupuk, colenak, simping Purwakarta, dan aneka makanan lainnya yang bisa untuk buah tangan.




4. Opak
Opak adalah makanan khas Sunda daerah Jawa Barat yang terbuat dari tepung beras. Nutrisi yang terkandung dalam opak adalah Karbohidrat. Bahan dasar pembuatan opak adalah tepung beras, garam, gula, dan bumbu-bumbu penyedap lainnya. Kemudian bahan dasar dicampur menjadi sebuah adonan. Adonan kemudian di keringkan. Setelah kering kemudian dipanggang di atas api bara. 


 

5. Rangginang
 Yaitu makanan yang terbuat dari ketan yang di kukus lalu dipipihkan, setelah itu di jemur sampai kering. Bila ingin memakannya harus di goreng terlebih dahulu. Rasa rangginang ini sungguh gurih dan lezat apalagi bila campuran rangginang ini dicampur dengan terasi, wah... aromanya wangi dan rasanya lebih nikmat. Oh iya, rangginang ini biasanya ada 2 macam, ada yang terbuat dari ketan putih ada juga yang terbuat dari ketan hitam.
 
 6. Manggis
Pasti kalian tidak asing dengan buah yang satu ini yaitu manggis atau dalam bahasa sundanya manggu . Buah yang satu ini merupakan ikon dari wanayasa, yaitu kota bagian timur dari purwkarta. Jika kalian ke purwakarta atau ke wanayasa jangan lupa beli oleh-oleh ini.
7. Colenak yaitu  makanan yang berbahan peuyeum/tape yang dibakar lalu ditambah bumbu manis yang terbuat dari kelapa+gula merah (di jawa barat biasa disebut "enten") lalu di kasih taburan kacang garing yang disangrai (wih.... ada sensasi kriuk..kriuknya hihihi :D ) makanan ini lebih nikmat bila dimakan selagi panas.


8. Gula Cikeris
Gula ini terbuat dari air nira, rasa dari gula ini sangat gurih dan manis.

Kamis, 29 Januari 2015

Arti Lambang Purwakarta

Hai.... ketemu lagi di Blog Saya, kali ini saya akan membahas tentang "Arti Lambang Purwakarta". Mau pada tau kan??? apa sih arti dari lambang Purwakarta, kalau mau tau , ikutin terus yaaaa!!!!. Tetap Stay On disini yaa!!


Mari Kita Mulai Sekarang!!!
>>>Cekidot...Cekidot...<<<

Nah berikut Arti Lambang Purwakarta ;) 


 
  1. Segi berwarna Hitam berpelat Merah : bendungan serba-guna Jatiluhur, yang merupakan  kebanggaan dan kemakmuran masyarakat Purwakarta.

  1. Lengkung gelombang Biru, dimaksudkan Situ Buleud.

  1. Rumah berwarna merah dan Kuning, menggambarkan Gedung Karesidenan yang bersejarah, keagungan daerah Purwakarta.

  1. Atapnya berbentuk gunung Tangkuban Perahu, dihubungkan dengan Legenda rakyat, mengenai bendungan sungai, cerita Sangkuriang. 

  1. Padi dan Kapas, merupakan lambang kemakmuran yang tidak bisa terpisahkan sesuai pula dengan penghidupan masyarakat Purwakarta yang sebagian besar hidup dari pertanian.

  1. Lambang berbentuk Segi lima, sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila yang merupakan tameng Bangsa Indonesia.

 Kabupaten Purwakarta memiliki motto Wibawa Karta Raharja.
  • Wibawa berarti berwibawa atau penuh kehormatan,
  • Karta berarti ramai atau hidup, dan
  • Raharja berarti keadaan sejahtera atau makmur. 
Sehingga “Wibawa Karta Raharja” dapat diartikan sebagai daerah yang terhormat/berwibawa, ramai/hidup, serta makmur atau sejahtera.
 
KETERANGAN WARNA

  • Hijau Muda : Harapan bagi masa depan daerah Purwakarta untuk terus membangun suatu daerah yang adil, makmur dan sejahtera.

  • Hitam : Ketuhanan dan ketekunan hati.

  • Kuning : Keagungan/kebesaran daerah.

  • Merah : Tekad perjuangan bangsa yang pantang mundur, rela bermandi darah daripada menyerah.

  • Putih : Kesucian/keikhlasan hati rakyat dalam menanggulangi segala cobaan dan penderitaan.

  • Biru : Kesetiaan rakyat terhadap nusa, bangsa dan agama.

  • Hijau Tua : Keagamaan masyarakat Purwakarta merupakan masyarakat yang teguh agama, mereka membenci orang-orang yang munafik dan orang-orang yang melalaikan kewajiban untuk berbakti kepada Tuhan. Mereka semua yakin bahwa dari segala kebesaran dan kemajuan daerahnya ialah petunjuk serta lindungan Tuhan YME.


Sabtu, 17 Januari 2015

Sejarah Kota Purwakarta

Selamat Datang Di Blog Saya tentang "SEJARAH KOTA PURWAKARTA"




Siapa yang nggak tau sama Kota Purwakarta???Pasti tau donggg!!! Iya kan??? Kalau mau tau lebih lanjut lagi, ikutin terus yaaa!!! Tetap Stay On disini ya!!

Mari Kita Mulai Sekarang!!!
>>>Cekidott...Cekidot...<<<

Nah berikut Sejarah Purwakarta ;)

Purwakarta berasal dari suku kata "Purwa" yang artinya Permulaan dan "Karta" yang berarti ramai atau hidup. Pemberian nama Purwakarta dilakukan setelah kepindahan ibukota Kabupaten Purwakarta dari Wanayasa ke Sindang Kasih. Peristiwa kepindahan ibukota kabupaten ini diperingati setiap tahunnya pada tanggal 20 Juli atau Sekaligus dilakukan dalam menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan melakukan napak tilas dari Wanayasa ke Sindang Kasih.

Keberadaan Purwakarta tidak lepas dari sejarah perjuangan melawan pasukan VOC. Sekitar awal abad ke-17 Sultan Mataram mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat untuk menundukkan Sultan Banten. Tetapi dalam perjalanannya berbenturan dengan pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri. Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua dari Pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipati Ukur.Ekspedisi kedua ini mengalami nasib yang sama. Untuk menghambat perluasan wilayah kekuasaan kompeni (VOC), Sultan Mataram mengutus Penembahan Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III untuk menduduki Rangkas Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan Kuta Tandingan. Setelah mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa (Sunda : "Karawaan").

Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putera Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IVBupati) di Karawang, pada menjadi Dalem (Tahun 1656. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Panembahan Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug.Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putera Panembahan Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda I antara Tahun 1679 dan 1721 ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang, dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah antara Cihoe (Cibarusah) dan Cipunagara.
Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun 1811-1816 sebagai akibat dari peralihan penguasaan Hindia-Belanda dari Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Inggris.
Kabupaten Karawang dengan ibukota Purwakarta berjalan sampai dengan tahun 1949. Pada tanggal 29 Januari 1949 dengan SK Wali Negeri Pasundan Nomor 12, Kabupaten Karawang dipecah dua yakni Karawang Bagian Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Subang dan Karawang Bagian Barat menjadi Kabupaten Karawang. Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, tentang pembentukan daerah kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat, selanjutnya diatur penetapan Kabupaten Purwakarta, dengan ibu kota Purwakarta, yang meliputi Kewedanaan Subang, Sagalaherang, Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta.